Sabtu, 21 Juni 2014

Guru Bingung Belum ada Buku Pegangan

JAKARTA - Implementasi lanjutan Kurikulum 2013 tahun ini segera berjalan. Di lapisan bawah, para guru bingung karena selama pelatihan belum memegang buku bahan ajar. Pelatihan dicap hanya formalitas dan berjalan model ceramah.
 
Kelemahan ini diungkap oleh Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistyo. Dia menjelaskan bahwa penyerahan buku paket kurikulum baru untuk guru dan murid terlalu mepet dengan jadwal dimulainya tahun ajaran 2014-2015.

Sulistyo mengatakan pelalatihan guru untuk implementasi kurikulum baru ini berjalan berjenjang. Dia mengatakan pelatihan paling atas dilakukan oleh narasumber nasional ke instruktur nasional. "Pada masa ini, narasumber nasional masih memegang buku panduan," katanya kemarin.

Tetapi untuk instruktur nasional, sudah mulai ada yang belum memegang buku panduan. Padahal peran instruktur nasional ini sangat strategis. Secara berjenjang, seluruh instruktur nasional ini melatih para guru sasaran yang nantinya mengajar di kelas-kelas.

"Pelatihan oleh instruktur nasional kepada guru sasaran, sudah tidak ada bukunya," kata dia.
Sulistyo berharap penerbitan buku paket untuk pegangan guru tidak dibarengkan dengan buku pegangan siswa. Sebab sebelum tahun ajaran baru dimulai, guru harus mempelajari buku pegangan yang akan diajarkan kepada siswa.

Sulistyo berharap Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) segera mengubah strategi pengadaan buku paket kurikulum baru tahun pelajaran 2014-2015. "Mumpung saat ini masih ada waktu sebelum tahun ajaran baru dimulai," tandasnya.

Seperti diketahui tahun ini adalah tahun kedua penerapan Kurikulum 2013. Tahun ini kurikulum baru diterapkan di jenjang SD, SMP, dan SMA di seluruh Indonesia. Tetapi penerapan itu dibatasi hanya di kelas 1, 2, 4, dan 5 SD serta di kelas 1 dan 2 SMP serta SMA.

Mendikbud Mohammad Nuh menjelaskan mekanisme pengadaan buku kurikulum baru tahun ini menggunakan sistem pemesanan. Seluruh sekolah melayangkan surat pemesanan kepada percetakan yang telah memenangi tender di Kemendikbud.
"Sekolah sendiri yang membayar uangnya ke percetakan. Untuk memutus mata rantai birokrasi pengadaan barang," papar Nuh.

Dia mengatakan buku paket untuk guru dipesan bersamaan dengan buku untuk siswa. Dengan sistem baru itu, Nuh juga mengatakan sekolah tidak boleh menarik uang ke siswa untuk pengadaan buku kurikulum baru itu.  
Sumber (wan) JPNN

0 komentar:

Posting Komentar