Kamis, 17 April 2014

“Longser” Tradisi Jawa Barat

 Longser adalah salah satu jenis teater rakyat tatar Sunda yang hidup di daerah Priangan Jawa Barat.  Sebagai teater rakyat,Longser dipentaskan di tengah-tengah penonton. Bahkan, pada awal perkembangannya, Longser hampir tidak pernah dipentaskan di sebuah panggung yang ditata sedemikan rupa. Di mana terdapat penonton, di sana Longser digelar, apakah tempat ini alun-alun, terminal, stasiun, atau bahkan di pinggir jalan.
Menelusuri sejarah Longser, tidak akan terlepas dari nama Bang Tilil (nama aslinya Akil), yang dikenal sebagai tokoh Longser.Dalam kurun waktu 1920-1960, Longser Bang Tilil mencapai puncak kejayaannya. Selain Longser Bang Tilil, salah satu kelompok Longser yang cukup terkenal adalah Longser Pancawarna yang dipimpin oleh Ateng Japar (pernah berguru kepada Bang Tilil). Pancawarna didirikan tahun 1939, dan masih eksis sampai sekarang walaupun produktifitasnya menurun.
Sebuah pergelaran Longser biasanya dilengkapi oleh nayaga (penabuh musik), pemain,bodor (pelawak),dan ronggeng (penari merangkap penyanyi) yang berfungsi daya tarik tersendiri bagi penonton. Struktur Longser biasanya terdiri dari Tatalu dengan lagu Gonjing sebagai bewara bahwa pertunjukan Longser dimulai. Kidung sebagai bubuka yang dianggap memiliki kekuatan magis untuk upaya pertunjukan lancar juga disisi lain kidung dipakai lagu persembahan pada arwah nenek moyang kidung biasanya dinyanyikan oleh ronggeng yang perkembangannya dinyanyikan oleh Sinden.
Munculnya penari-penari yang diawali dgn wawayangan(tarian perkenalan para ronggeng dengan memperkenalkan para penari dgn julukan seperti si Oray, si Asoy, si Geboy. Goyang pinggul diistilahkan dengan eplok cendol,tari yg dibawakan adalah ketuk tilu / Cikeruhan). Penampilan bobodoran dengan musik dan tarian biasanya bodor menirukan tarian ronggeng / kata-kata sehingga penonton tertawa.
Puncak pertunjukan Longser memainkan sebuah lakon yang diambil dari kehidupan seharian seperti perkawinan, pertengkaran, perceraian. Musik longser terdiri dari Kendang, Bonang, rebab, Rincik, Gambang, Saron I dan saron II, Kecrek, Jengklong, Goong, dan Ketuk yang kesemuanya berlaras Salendro. Busana yang dipakai sederhana tapi mencolok dari segi warnanya terutama busana yang dipakai oleh ronggeng biasanya memakai kebaya dan samping batik, untuk lelaki memakai baju kampret dengan celana sontog dan ikat kepala .
Dalam perkembangannya Longser dikemas menjadi bentuk Longser moderen dengan memakai naskah dan tidak menggunakan setting oncor / memakai pengiring karawitan tetapi lebih kepada perkembangan konsepnya yang diambil dengan garapan baru.


Seni Longser yang sampai saat ini masih di lestarikan juga oleh beberapa kelompok seni di Jawa Barat,dari Kelompok 282 yang berada di jln,Kopo no 282 Bandung.Kesenian Longser di padukan dengan kondisi era tahun ini,selain untuk melestarikan seni Budaya Tradisi teater longser, sekaligus untuk di cintai dan di minati oleh generasi saat ini, agar seni Tradisi abadi dengan bumbu modernisasi yang tidak menghilangkan ke aslian dari seni budaya itu sendiri, semoga semua warisan baik alam, seni dan keindahan budaya yang ada di negeri ini tetap lestari dan dapat mengharumkan negeri.
 

0 komentar:

Posting Komentar