Jumat, 25 Juli 2014

Kampung Adat yang masih bertahan di CIAMIS

Kampung Kuta adalah dusun adat yang masih bertahan di Desa Karangpaningal, Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. Kampung adat ini dihuni oleh  masyarakat yang dilandasi kearifan lokal, dengan memegang teguh budaya pamali (tabu), untuk menjaga keseimbangan alam dan terpeliharanya tatanan hidup dalam bermasyarakat. Salah satu yang menonjol adalah dalam hal pelestarian hutan, sekaligus mempertahankan kelestarian mata air dan pohon aren untuk memenuhi sumber kehidupan mereka.
Karena penghormatan yang tinggi terhadap hutan, warga Kampung Kuta yang hendak masuk ke kawasan hutan tidak pernah menggunakan alas kaki. Tujuannya agar hutan tersebut tidak tercemar dan tetap lestari. Oleh karena itu, kayu-kayu besar masih terlihat kokoh di Leuweung Gede. Selain itu, sumber air masih terjaga kelestariannya dengan baik.
Secara letak administratif, Kampung Kuta berada di wilayah Kabupaten Ciamis, Kecamatan Tambaksari, tepatnya di dalam Desa Karangpaningal. Kampung Kuta terdiri atas 2 RW dan 4 RT. Kampung ini berbatasan dengan Dusun Cibodas di sebelah utara, Dusun Margamulya di sebelah barat, dan di sebelah selatan dan timur dengan Sungai Cijulang, yang sekaligus merupakan daerah perbatasan wilayah Jawa Barat dengan Jawa Tengah.
Untuk menuju ke kampung tersebut jarak yang harus ditempuh dari kota Kabupaten Ciamis sekitar 34 km menuju ke arah utara. Dapat ditempuh dengan menggunakan mobil angkutan umum ke Kecamatan Rancah. Sedang dari Kecamatan Rancah menggunakan motor sewaan atau ojeg, dengan kondisi jalan aspal yang berkelok, dan tanjakan yang cukup curam. Jika melalui Kecamatan Tambaksari dapat menggunakan kendaraan umum atau ojeg, dengan kondisi            jalan yang serupa.

Salah satu upacara adat Kampung Kuta yang rutin dilaksanakan hingga kini adalah Upacara Adat Nyuguh. Sesuai warisan leluhur, acara nyuguh itu harus dilakukan di pinggir Sungai Cijolang yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Cilacap, Jawa tengah. Pernah satu kali acara nyuguh tidak dilaksanakan, tiba-tiba seluruh kampung mendapat musibah. Padi yang siap dipanen rusak parah, sedangkan sejumlah hewan ternak ditemui mati menggelepar. Warga menyakini kerusakan itu terjadi karena “utusan” Padjadjaran itu tidak disuguhi makanan. Alhasil mereka pun mencari makanan sendiri dengan cara merusak kampung.
Pelapisan sosial yang didasarkan atas status dan peranan, telah menyebabkan dalam masyarakat terdapat golongan yang memimpin dan golongan yang dipimpin. Golongan yang memimpin secara formal menduduki jabatan tertentu dalam lembaga pemerintahan desa seperti kepala desa. Sedangkan pimpinan non-formal adalah pimpinan berdasarkan penghormatan dan penghargaan masyarakat terhadap seseorang karena alasan usia, pengalaman, pengetahuan, dan peran di lingkungannya. Pimpinan non-formal biasa dikenal dengan sebutan sesepuh dan kuncen.
Walaupun masyarakat Kampung Kuta terkenal sebagai sebuah komunitas yang sangat terikat dengan aturan-aturan adat, akan tetapi mereka mengenal dan menyukai berbagai kesenian yang digunakan sebagai sarana hiburan, baik kesenian tradisional maupun kesenian modern seperti calung, reog, drama Sunda, tagoni (terbang), kliningan, jaipongan, kasidah, ronggeng, sampai kesenian dangdut.
Adapun perjalanan ke Sungai Cijolang sekitar lima kilometer. Kini, Pak Kuncen pun kembali memulai ritual.
Doa kembali dipanjatkan sebelum warga menyantap makanan yang tersedia. Setelah berdoa, seluruh warga kemudian menyantap makanan yang dibawa dari kampung. Makanan khas yang harus ada setiap upacara.
Upacara Adat Nyuguh ini merupakan suatu upacara ritual tradisional Adat Kampung Kuta Kec. Tambaksari Kabupaten Ciamis yang selalu dilaksanakan pada tanggal 25 safar pada setiap tahunnya.
Kampung yang terletak di Desa Karangpaningal, Kecamatan Tambaksari, berbatasan dengan Jawa Tengah itu dikenal sebagai Kampung adat. Ada beberapa versi mengenai sejarah Kampung Kuta ini. Menurut cerita rakyat setempat, asal-usul Kampung Kuta berkaitan dengan berdirinya Kerajaan Galuh. Konon, pada zaman dahulu ketika Prabu Galuh yang bernama Ajar Sukaresi (dalam sumber lain, tokoh ini adalah seorang pandita sakti) hendak mendirikan Kerajaan Galuh, Kampung Kuta dipilih untuk pusat kerajaan karena letaknya strategis.
Prabu Galuh memerintahkan kepada semua rakyatnya untuk mengumpulkan semua keperluan pembangunan keraton seperti kapur bahan bangunan, semen merah dari tanah yang dibakar, pandai besi, dan tukang penyepuh perabot atau benda pusaka. Keraton pun akhirnya selesai dibuat. Namun, pada suatu ketika, Prabu Galuh menemukan lembah yang (Kuta) oleh tebing yang dalamnya sekitar 75 m di lokasi pembangunan pusat kerajaan itu. Atas musyawarah dengan para punggawa kerajaan lainnya, diputuskanlah bahwa daerah tersebut tidak cocok untuk dijadikan pusat kerajaan (menurut orang tua, “tidak memenuhi Patang Ewu Domas”).
Selanjutnya, mereka berkelana mencari tempat lain yang memenuhi syarat. Prabu Galuh membawa sekepal tanah dari bekas keratonnya diKuta sebagai kenang-kenangan. Setelah melakukan perjalanan beberapa hari, Prabu Galuh dan rombongannya sampai di suatu tempat yang tinggi, lalu melihat-lihat ke sekeliling tempat itu untuk meneliti apakah ada tempat yang cocok untuk membangun kerajaannya. Tempat ia melihat-lihat itu sekarang bernama “Tenjolaya”. Prabu Galuh melihat ke arah barat, lalu terlihatlah ada daerah luas terhampar berupa hutan rimba yang menghijau. Ia kemudian melemparkan sekepal tanah yang dibawanya dariKuta ke arah barat dan jatuh di suatu tempat yang sekarang bernama “Kepel”. Tanah yang dilemparkan tadi sekarang menjadi sebidang sawah yang datar dan tanahnya berwarna hitam seperti dengan tanah diKuta , sedangkan tanah di sekitarnya berwarna merah. Prabu Galuh melanjutkan perjalanannya sampai di suatu pedataran yang subur di tepi Sungai Cimuntur dan Sungai Citanduy, lalu mendirikan kerajaan di sana.
Cerita selanjutnya tentang Prabu Galuh tersebut hampir mirip dengan cerita Ciung Wanara dalam naskah Wawacan Sajarah Galuh, bahwa Prabu Galuh kemudian digantikan oleh patihnya, Aria Kebondan (dalam naskah disebut Ki Bondan). Prabu Galuh menjadi pertapa di Gunung Padang. Menurut versi tradisi lisan, Prabu Galuh meninggalkan duaorang istri, yaitu Dewi Naganingrum dan Dewi Pangrenyep. Saat itu, Dewi Naganingrum sedang mengandung. Ketika Dewi Naganingrum melahirkan, Dewi Pangrenyep menukar bayinya dengan seekor anak anjing. Bayi itu kemudian dihanyutkan ke Sungai Citanduy. Melihat Dewi Naganingrum beranak seekor anjing, Aria Kebondan yang menjadi raja di Galuh menjadi marah, lalu menyuruh Lengser membunuhnya. Namun, Lengser itu tidak membunuh Dewi Naganingrum, tetapi menyembunyikannya diKuta. Adapun bayi yang dibuang ke Sungai Citanduy itu kemudian ditemukan oleh Aki Bagalantrang di depan badodon (tempat menangkap ikan)-nya. Bayi itu dipungut dan diasuh oleh Aki Bagalantrang hingga remaja, lalu diberi nama Ciung Wanara. Tempat Aki Bagalantrang mengasuh bayi itu sekarang disebut daerah “Geger Sunten”, sekitar 6 km dariKuta . Ciung Wanara kemudian merebut kembali Kerajaan Galuh dari Aria Kebondan melalui sabung ayam, sebagaimana yang diceritakan dalam naskah. Setelah Ciung Wanara menjadi raja, Lengser pun menjemput Dewi Naganingrum sehingga bisa berkumpul kembali dengan anaknya.
Di Kampung Kuta terdapat mitos tentang Tuan Batasela dan Aki Bumi. Diceritakan bahwa bekas kampung Galuh yang telah diterlantarkan selama beberapa lama ternyata menarik perhatian Raja Cirebon dan Raja Solo. Selanjutnya, masing-masing raja tersebut mengirimkan utusannya untuk menyelidiki keadaan di Kampung Kuta. Raja Cirebon mengutus Aki Bumi, adapun Raja Solo mengutus Tuan Batasela. Raja Cirebon berpesan kepada utusannya bahwa ia harus pergi ke Kuta, tetapi jika didahului oleh utusan dari Solo, ia tidak boleh memaksa jadi penjaga Kuta. Ia harus mengundurkan diri, tetapi tidak boleh pulang ke Cirebon dan harus terus berdiam di sekitar daerah itu sampai mati. Pesan yang sama juga didapat oleh utusan dari Solo. Pergilah kedua utusan tersebut dari kerajaannya masing-masing. Utusan dari Solo, Tuan Batasela, berjalan melalui Sungai Cijolang sampai di suatu kampung, lalu beristirahat di sana selama satu malam. Jalan yang dilaluinya itu hingga saat ini masih sering dilaluiorang untuk menyeberang dari Jawa Tengah ke Jawa Barat. Penyeberangan itu diberi nama “Pongpet”. Adapun Aki Bumi dari Cirebon langsung menuju ke Kampung Kuta dengan melalui jalan curam, yang sampai saat ini masih ada dan diberi nama “Regol”, sehingga tiba lebih dulu di Kampung Kuta. Sesampainya di sana, Aki Bumi menemui para tetua kampung dan melakukan penertiban- penertiban, seperti membuat jalan ke hutan dan membuat tempat peristirahatan di pinggir situ yang disebut “Pamarakan”. Karena telah didahului oleh utusan dari Cirebon, Tuan Batasela kemudian terus bermukim di kampung tempat ia bermalam, yang terletak di utara Kampung Kuta. Konon, utusan dari Solo itu kekurangan makanan, lalu meminta-minta kepada masyarakat di Kampung itu, tetapi tidak ada yang mau memberi. Keluarlah umpatan dan sumpah dari Tuan Batasela yang mengatakan bahwa “Di kemudian hari, tidak akan adaorang yang kaya di Kampung itu.” Ternyata, hingga saat ini rakyat di Kampung itu memang tidak ada yang kaya. Karena menderita terus, Tuan Batasela kemudian bunuh diri dengan keris. Darah yang keluar dari luka Tuan Batasela berwarna putih, lalu mengalir membentuk parit yang kemudian disebut “Cibodas”. Kampung itu pun diberi nama Kampung Cibodas. Tuan Batasela dimakamkan di tengah- tengah persawahan di sebelah utara Kampung Cibodas. Makamnya masih ada hingga saat ini. Aki Bumi terus menjadi penjaga (kuncen) Kampung Kuta sampai meninggal, lalu dimakamkan bersama keluarganya di tengah-tengah Kampung, yang sekarang termasuk Kampung Margamulya. Tempat makam itu disebut “Pemakaman Aki Bumi”. Setelah keturunan Aki Bumi tidak ada lagi, Raja Cirebon memerintahkan bahwa yang menjadi kuncen di Kampung Kuta berikutnya adalah orang-orang yang dipercayai oleh Aki Bumi, yaitu para leluhur kuncen Kampung Kuta saat ini.
Mitos-mitos yang dituturkan oleh tradisi lisan terkadang mempunyai keterkaitan dengan mitos yang diceritakan dalam sumber naskah sejarah. Keterkaitan itu kemudian menimbulkan pertanyaan bagi kita, apakah si penutur mitos yang bersumber pada naskah atau naskah yang ditulis berdasarkan penuturan. Jika dirujuk pada usianya, maka tradisi lisan telah ada sebelum tulisan muncul sehingga dapat diasumsikan bahwa naskah ditulis berdasarkan cerita yang dituturkan. Tradisi lisan yang terus ada hingga saat ini, seperti yang dituturkan oleh para kuncen atau tukang cerita, terdapat dua kemungkinan mengenai asal-usulnya. Pertama, tradisi lisan itu berdasarkan cerita naskah yang dibaca kemudian dituturkan kembali. Kedua, tradisi lisan itu memang belum pernah dituliskan dalam bentuk naskah, lalu dituturkan secara turun-temurun. Adanya perbedaan versi suatu cerita yang dituturkan dalam naskah dan tradisi lisan disebabkan oleh beberapa kemungkinan, yaitu perbedaan sumber cerita, distorsi cerita karena pewarisan cerita yang turun-temurun memungkinkan terjadinya penambahan ataupun pengurangan isi cerita, dan adanya keinginan dari penutur cerita untuk mengedepankan peranan seorang tokoh ataupun berapologia atas kesalahan tokoh tersebut. Demikian pula dengan cerita tentang Kampung Kuta di atas. Ada beberapa bagian yang hampir mirip dengan cerita yang dikemukakan dalam naskah dan ada pula yang berbeda jalan ceritanya. Adapun mengenai kebenaran isi cerita atau mitos tersebut bukanlah suatu permasalahan. Setidaknya, mitos-mitos tersebut dihormati dan dipelihara oleh masyarakatnya. Lebih jauh, bukankah ilmu pengetahuan juga pada awalnya berkembang dari bentuk pemikiran mitis. Hingga saat ini, Kampung Kuta tetap dilestarikan sebagai kampung adat atau petilasan. Masyarakatnya masih memelihara dan melestarikan tradisi-tradisi leluhur mereka. Pantangan-pantangan pun dibuat untuk menjaga kelestarian tradisi itu, seperti larangan membuat rumah dari tembok dan memakai atap genteng, larangan mengubur mayat orang dewasa kecuali bayi kecil dan dalamnya pun tidak melebihi pangkal paha, larangan menggali sumur terlalu dalam, larangan mementaskan wayang, larangan meminum minuman keras, tidak boleh sombong atau menentang adat kuta, dan sebagainya.
Dengan masih bertahannya Kampung Kuta sebagai Kampung Adat yang berada di Ciamis ini, sepatutnya harus kita banggakan, karena dengan adanya Kampung Kuta sebagai Kampung Adat yang masih bertahan menunjukkan bahwa masih ada pelestari kebudayaan yang masih menjaga kelestarian budayanya hingga saat ini. Mari kita lestarikan warisan kebudayaan leluhur.
Aturan Adat Kampung Kuta, CiamisKampung Kuta adalah dusun adat yang masih bertahan di Desa Karangpaningal, Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. Kuta dalam Bahasa Sunda disebut dengan pagar tembok. Hal ini lantaran kampung Kuta terletak dalam lembah yang berkedalaman hingga 75 meter dengan dikelilingi tebing-tebing curam, seakan-akan dipagari oleh tembok-tembok besar menjulang. Kampung Kuta ini terdiri atas dua Rukun Warga dan empat Rukun Tetangga. Disebelah utara berbatasan dengan Dusun Cibodas, Dusun Margamulya  di sebelah barat, dan di sebelah selatan dan timur dengan Sungai Cijulang, yang sekaligus merupakan perbatasan wilayah Jawa Barat dengan Jawa Tengah.Untuk menuju kampung tersebut jarak yang harus ditempuh dari kota Kabupaten Ciamis sekitar 34 km menuju ke arah utara. Dapat dicapai dengan menggunakan mobil angkutan umum sampai ke Kecamatan Rancah. Sedang dari Kecamatan Rancah menggunakan motor sewaan atau ojeg, dengan kondisi jalan aspal yang berkelok-kelok, serta banyak tanjakan yang cukup curam. Jika melalui Kecamatan Tambaksari dapat menggunakan kendaraan umum mobil sewaan atau ojeg, dengan kondisi jalan serupa.
Kampung adat ini dihuni masyarakat yang dilandasi kearifan lokal yakni masih memegang budaya pamali (tabu). Salah satu yang menonjol adalah sa seperti kepala desa. Sedangkan pimpinan non-formal adalah pimpinan berdasarkan penghormatan dan penghargaan masyarakat terhadap seseorang karena alasan usia, pengalaman, pengetahuan, dan peran di lingkungannya. Pimpinan non-formal biasa dikenal dengan sebutan sesepuh dan kuncen.
Walaupun masyarakat Kampung Kuta terkenal sebagai sebuah komunitas yang sangat terikat dengan aturan-aturan adat, akan tetapi mereka mengenal dan menggemari berbagai kesenian yang digunakan sebagai sarana hiburan, baik kesenian tradisional maupun kesenian modern seperti calung, reog, sandiwara (drama Sunda), tagoni (terbang), kliningan, jaipongan, kasidah, ronggeng, sampai kesenian dangdut.
Dengan masih bertahannya Kampung Kuta sebagai Kampung Adat yang berada di Ciamis ini, sepatutnya harus kita banggakan, karena dengan adanya Kampung Kuta sebagai kampung adat yang masih bertahan menunjukkan bahwa masih ada pelestari kebudayaan yang masih eksis hingga saat ini.

BPJS Kesehatan Perkuat Komitmen dengan Tiga Bank Pemerintah

Jakarta: Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, BPJS Kesehatan terus memperkuat komitmen dan mengembangkan ruang lingkup kerjasama dengan tiga bank pemerintah, yaitu Bank Mandiri, BNI, dan BRI. Melalui hal ini, ketiga bank tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan fungsinya dalam melayani masyarakat peserta BPJS Kesehatan.
 
“Dari awal sudah kita sosialisasikan, selain melalui Kantor Cabang BPJS Kesehatan dan secara online, masyarakat juga dapat mendaftar secara individu maupun mendaftarkan badan usahanya di kantor cabang tertentu Bank Mandiri, BNI, dan BRI. Dengan begitu, diharapkan tidak terjadi penumpukan pendaftaran di Kantor Cabang BPJS Kesehatan,” kata Direktur Keuangan dan Investasi BPJS Kesehatan Riduan, usai acara Penandatanganan Komitmen Dukungan Mitra Perbankan BPJS Kesehatan dalam Mendukung Operasional BPJS Kesehatan sekaligus Buka Puasa Bersama di Hotel Le Meridien, Senin (21/7).
 
Masyarakat dapat membayar iuran bulanan BPJS Kesehatan menggunakan Virtual Account secara manual melalui teller, atau bisa pula melalui auto debet, ATM, internet banking, mobile banking, EDC, serta LLG/TGS. Dalam pengelolaan iuran peserta BPJS Kesehatan, pihak bank memiliki layanan Cash Management System yang memudahkan Kantor Cabang BPJS Kesehatan melakukan pembayaran klaim kepada sebuah fasilitas kesehatan tanpa harus menunggu dropping dana dari kantor pusat. Selain itu, ada pula layanan Cash Pooling System yang berguna untuk mempermudah pengumpulan dana secara terpusat, sehingga dana dapat dioptimalkan untuk pembayaran klaim dan investasi.
 
“Terkait laporan pengelolaan iuran peserta BPJS Kesehatan, juga bisa dilakukan melalui sarana perbankan, sehingga datanya jelas dan transparan,” tegas Riduan.
 
Di samping berfungsi mengelola dana iuran peserta BPJS Kesehatan, tambahnya, Bank Mandiri, BNI, dan BRI juga diharapkan mampu menjadi perpanjangan tangan BPJS Kesehatan sebagai media infomasi bagi masyarakat mengenai manfaat terdaftar dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Selain itu, ketiga bank tersebut diharapkan pula dapat menyosialisasikan layanan pengaduan informasi untuk peserta BPJS Kesehatan.

Sabtu, 19 Juli 2014

Implementasi kurikulum baru Amburadul

JAKARTA - Amburadulnya persiapan implementasi Kurikulum 2013 telah mencapai puncak. Direktur Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Harris Iskandar mengatakan, kementeriannya saat ini sedang frustasi.
"Bahkan sampai Menterinya (Mendikbud Mohamamd Nuh, red) kurang tidur," katanya kemarin.

Kelemahan persiapan implementasi kurikulum baru yang paling parah ada di sektor pengadaan buku. Hingga tahun ajaran baru dimulai sejak 14 Juli lalu, buku-buku kurikulum baru belum menyebar. Harris mengatakan untur masalah peredaraan buku itu, Kemendikbud tidak bisa disalahkan.

Dia menguraikan bahwa Kemendikbud sudah menyiapkan sistem yang bagus. Yaitu masing-masing kepala sekolah sasaran kurikulum baru langsung memesan buku ke LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah).
"Harga buku yang dibuat oleh Kemendikbud ini murah sekali. Sekitar tujuh bahkan sepuluh kali lipat lebih murah dibanding buku pelajaran di pasaran," tuturnya.

Harrris mengatakan Kemendikbud segera menginvestigasi kenapa banyak sekolah yang belum memesan buku. Muncul dugaan, sekolah tidak memesan buku terbitan Kemendikbud ini karena hanya akan mendapatkan "capek" saja. Berbeda dengan memesan buku di penerbita umum, kepala sekolah atau guru bisa mendapatkan komisi.

Dia membeber bahwa harga buku kurikulum baru buatan Kemendikbud rata-rata hanya Rp 50 per lembar. Harga ini jauh lebih murah ketimbang buku fotokopian yang rata-rata Rp 100 per lembar. Dengan harga per lembar yang murah itu, Harris mengatakan rata-rata buku kurikulum baru per mata pelajaran hanya di kisaran Rp 10 ribu.

"Saya heran kok masih banyak yang belum pesan. Padahal harganya murah. Uangnya sudah ada di dana BOS dan dana tambahan khusus untuk buku," tandasnya.

Harris mengatakan total kapasitas buku yang bakal didistribusikan adalah 240 juta eksemplar. Rinciannya 123 juta eksemplar untuk jenjang SD, 60 juta eksemplar untuk SMP, dan 57 juta untuk SMA dan SMK. Khusus di jenjang SMA dan SMK, Harris mengatakan buku yang tercetak sudah 60 persen. Sedangkan yang sudah terdistribusi masih 20 persen.

"Jadi bukunya banyak yang ngendon di percetakan. Percetakan tidak punya uang untuk mendistribusikannya," tuturnya. Penyebabnya kepala sekolah atau dinas pendidikan dan kebudayaan tidak disiplin menjalankan jadwa pemesanan buku. Dia menuturkan jika mereka disiplin memesan buku, percetakan tidak akan sampai kekurangan modal.

Mendengar keluhan kekurangan modal itu, Mendikbud Mohammad Nuh sedang mencoba mencari bank yang bisa menyalurkan pinjaman pendanaan kepada percetakan. Cara lainny adalah mencari percetakan lain untuk memecah kewajiban di percetakan yang memenangkan tender pengadaan buku kurikulum baru.

Situasi di Kemendikbud yang tidak kondusif itu, diperparah sejumlah kabar negatif dari beberapa daerah. Ketua Umum Pengurus Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistyo mengatakan, muncul penolakan implementasi Kurikulum 2013 di sejumlah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah.

"Laporan yang masuk ke PGRI pusat, penolakan ada di Cilacap, Banyumas, dan Banjarnegara," kata dia. Penolakan itu resmi disampaikan oleh Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) jenjang SMA dan SMK. Mereka terang-terangan belum siap melaksanakan implementasi kurikulum baru.

Alasannya banyak sekali. Di antaranya adalah buku kurikulum baru yang tidak kunjung sampai, meskipun tahun ajaran baru sudah dimulai. Kemudian banyak guru yang belum dilatih materi kurikulum 2013. Selain itu guru-guru di kelas II SMA dan SMK harus bekerja ekstra karena muridnya ketika di kelas I SMA dan SMK dulu masih menggunakan kurikulum lawas.

Lebih lanjut Harris mengatakan, Kemendikbud sudah mendengar penolakan-penolakan itu. Umumnya penolakan itu didasari dari teknis implementasi kurikulum baru yang tidak sejalan dengan peraturan daerah (perda). "Mereka itu tidak paham hirarki perundang-undangan," jelasnya.

Menurut Harris, perintah implementasi kurikulum baru ini murni di tangan Mendikbud. Tidak ada alasan implementasi kurikulum baru ini bersebrangan dengan perda. Kalaupun ada perbedaan, aturan di perda mengalah karena peraturan Mendikbud lebih tinggi hirarkinya.  

sumber (wan) jpnn
Masalah Dalam Implementasi Kurikulum 2013
(di Tahun Ajaran 2014/2015)
1. Pengadaan hingga pendistribusian buku terlambat.
2. Pencetakan buku terhambat karena percetakan kekurangan modal.
3. Kepala sekolah tidak memesan buku ke percetakan sesuai jadwal.
4. Banyak guru belum mengikuti pelatihan kurikulum baru.
5. Jajaran Kemendikbud frustasi, karena jadwal dan skema yang disusun bubar.
6. Awal tahun ajaran baru sedianya efektif per 14 Juli, diundur per 4 Agustus.
Sumber : Diolah dari berbagai sumber

Kurikulum 2013 Jalan Terus meski Sarat Masyalah

JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh memastikan implemetnasi Kurikulum 2013 di tahun ajaran 2014/2015 jalan terus. Dia menegaskan bahwa banyaknya masalah yang dihadapi saat ini, masih bisa ditangani dengan baik.

Nuh lantas memetakan dua masalah krusial yang dihadapi selama persiapan implementasi kurikulum baru itu. Sejatinya kurikulum baru itu diterapkan mulai 14 Juli lalu. Tetapi Kemendikbud mengeluarkan kebijakan bahwa awal tahun ajaran baru efektif pada 4 Agustus nanti.

"Masalah utama yang sekarang menyita perhatian publik adalah belum tuntasnya pelatihan guru," ujarnya kemarin.
Nuh mengatakan memang benar ada sekitar 40 ribu guru belum dilatih. Tapi dia meminta masyarakat juga memperhatikan, bahwa sudah ada 1,2 juta guru yang sudah dilatih Kemendikbud.

Nuh menuturkan tidak salah jika ada pihak yang menyebut masih ada ribuan guru belum dilatih. "Tetapi sekali lagi jangan dilupakan, sudah ada 1,2 juta guru sudah dilatih," paparnya.
Dengan jumlah guru yang sudah dilatih mencapai 1,2 juta orang itu, dia optimis implementasi kurikulum baru mulai 4 Agustus nanti berjalan lancar.

Dia mengatakan Kemendikbud tetap berkewajiban menuntaskan pelatihan guru sesuai dengan jumlah sasaran yang ditetapkan. Skenario awal, Kemendikbud menetapkan guru target sasaran pelatihan kurikulum sebanyak 1,3 juta guru. Dimana 100 ribu guru diantaranya, diharpakan dilatih sendiri oleh pemerintah kabupaten atau kota.

Nuh juga merespon jajaran Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang terus mengkritik implementasi kurikulum baru.
"Seharusnya PGRI itu berterima kasih kepada Kemendikbud," paparnya. Sebab Kemendikbud sudah membantu peran PGRI untuk meningkatkan kualitas guru melalui pelatihan.

Masalah krusial berikutnya adalah urusan pengadaan dan pendistribusian buku. Nuh mengakui bahwa buku-buku kurikulum baru belum terdistribusi ke sejumlah daerah. Tetapi dia mengatakan Kemendikbud sudah menentukan langkah antisipasinya.

Menteri asal Surabaya itu mengatakan, Kemendikbud sudah menyebar CD berisi softcopy buku-buku kurikulum baru dalam format pdf. Jika terjadi kasus keterlambatan buku , Nuh mengatakan sekolah dipersilahkan menggandakan sebagian halaman.

Pendistribusian buku kurikulum baru menjelang lebaran ini juga terancam ketentuan Kementerian Perhubungan. Seperti diketahui, beberapa hari menjelang lebaran, truk-truk dilarang berkeliaran di jalan raya. Namun Nuh mengatakan, ia sudah berkoodinasi dengan Kementerian Perhubungan dan Polri untuk meminta dispensasi.
"Alhamdulillah truk yang memuat buku kurikulum baru diperbolehkan melintas selama mudik atau lebaran nanti," jelasnya.

Nuh berharap masyarakat membandingkan implementasi Kurikulum 2013 saat ini dengan penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) beberapa tahun lalu. Saat penerapan KTSP, pemerintah tidak melakukan pelatihan guru. Selain itu juga tidak ada penyediaan buku pelajaran murah seperti di Kurikulum 2013.

Sementara itu suara pesimis terhadap implementasi kuriulum di daerah-daerah masih bermunculan. Diantaranya disampaikan oleh Kepala SMKN 1 Cibinong, Jawa Barat Zainal Abidin.
Dia menuturkan persiapan guru setelah mengikuti pelatihan ke jam pembelajaran efektif terlalu mepet. "Padahal banyak dokumen-dokumen adminsitrasi yang harus dibuat guru dan diseragamkan," ujarnya.

Seperti dokumen rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) serta panduan kegiatan belajar siswa lainnya. Zainal mengatakan, memang muncul kesan dari Kemendikbud yang memaksanakan implementasi kurikulum baru harus jalan menyeluruh tahun ini. 

Sumber. (wan) JPNN

Jumat, 04 Juli 2014

Dana Pelatihan Guru Kurang 300 M

JAKARTA - Implementasi Kurikulum 2013 terus menemui masalah. Salah satunya terkait dengan anggaran.
Duit yang disiapkan pemerintah dalam APBN 2014 ternyata tidak cukup untuk membiayai pelatihan 1,3 juta guru sasaran. Tidak hanya itu. Pelatihan guru di daerah berjalan amburadul.
    
Kepala Unit Implementasi Kurikulum (UIK) Kemendikbud Tjipto Sumadi membenarkan kekurangan dana tersebut. Alokasi anggaran yang disiapkan dari APBN Kemendikbud hanya cukup untuk meng-cover 1 juta orang guru. Artinya, ada 300 ribu guru yang tidak bisa ter-cover anggaran pelatihan.
    
Tjipto tidak bisa menyebutkan kebutuhan anggaran untuk menutupi kekurangan tersebut. Menurut informasi, anggaran pelatihan guru rata-rata Rp 1 juta per orang. Berarti, kekurangan anggaran untuk 300 ribu guru mencapai Rp 300 miliar.
    
Kondisi tersebut membuat Kemendikbud kewalahan. Apalagi tahun ajaran 2014-2015 semakin dekat. Kemendikbud pun gencar melobi pemerintah daerah (pemda) supaya mencairkan uang dari APBD untuk membantu penyelenggaraan pelatihan guru. Sejumlah pejabat eselon I Kemendikbud disebar ke daerah untuk melobi langsung jajaran pemda agar mencairkan anggaran.
    
"Tidak benar kalau Kemendikbud mengemis-ngemis ke pemda," ujar Tjipto. Kemendikbud hanya melakukan upaya penagihan komitmen sharing anggaran pusat dan daerah untuk implementasi kurikulum baru. Ada surat kesepakatan bersama antara Mendikbud dengan Mendagri terkait sharing anggaran itu.
    
Tjipto mengklaim bahwa kekurangan anggaran itu tidak akan mengganggu kegiatan pelatihan guru. Di beberapa daerah, program pelatihan guru sedang berjalan. Saat ini sembilan provinsi telah mencairkan anggaran untuk membantu Kemendikbud. Di sisi lain, ada juga daerah yang belum bersedia mencairkan anggaran. Di antaranya Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah.
    
Tjipto menjelaskan, urusan pelatihan guru ini tidak bisa dibebankan ke pemerintah pusat. Sebab, secara administrasi, guru adalah pegawai pemerintah kabupaten atau kota. Selain itu, unit sekolah yang menjadi sasaran implementasi kurikulum baru adalah aset pemerintah kabupaten dan kota. "Sehingga wajar harus ada sharing anggaran," paparnya.
    
Selain anggaran, pelaksanaan kurikulum baru juga tersangkut masalah lain. "Yang saya alami sendiri adalah untuk pelatihan kepala sekolah," kata Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti kemarin.
    
Kepala SMAN 76 Jakarta itu mengungkapkan, instruktur nasional (IN) yang membimbingnya tidak profesional. Para instruktur itu mengulang-ulang soal latihan yang diujikan kepada para kepala sekolah peserta pelatihan. Tujuannya supaya peserta pelatihan mendapatkan nilai tinggi sehingga menuai respons positif dari Kemendikbud. Pelatihan juga diwarnai munculnya selebaran soal ujian. "Kok ceritanya seperti kebocoran soal unas," kata Retno.
    
Pelaksanaan pelatihan yang amburadul itu justru terjadi di Jakarta. Bukan tidak mungkin pelatihan di daerah malah lebih parah karena jauh dari pengawasan pemerintah pusat.
    
Terkait kelemahan instruktur tersebut, Tjipto mengatakan banyak di antara mereka yang di luar kontrol Kemendikbud. Dia mengakui tidak semua instruktur yang lulus ujian dan berhak melatih itu murni bermotif mencerdaskan bangsa. Ada yang menjadi instruktur untuk mencari penghasilan tambahan.  

Sumber ; (wan/ca) JPNN

Pemerintah Baru Tetap Pertahankan Kurikulum 2013

JAKARTA - Awal tahun ajaran baru 2014/2015 diperkirakan molor dan baru dimulai pada 4 Agustus nanti. Tetapi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tetap meluncurkan implementasi kurikulum baru itu pada 14 Juli. Terkait kekurangan implementasi kurikulum baru, dituntaskan sambil berjalan.
Mendikbud Mohammad Nuh mengatakan, Kemendikbud menyikapi secara realistis implementasi kurikulum baru tahun ini. Dia mengatakan urusan pelatihan guru terkait implementasi kurikulum baru, molor dari target awal yang diharapkan tuntas pada 14 Juli ini.

"Masih ada sejumlah guru yang akan dilatih sampai awal kegiatan belajar-mengajar efektif berjalan 4 Agustus nanti," paparnya. Nuh mengatakan jumlah guru yang belum dilatih tidak terlalu banyak. Sehingga masih memungkinkan untuk dituntaskan sebelum 4 Agustus nanti.

Seremoni implementasi kurikulum baru di tahun pelajaran baru 2014/2015 rencananya tetap dilaksanakan pada 14 Juli nanti dan dipusatkan di Papua. Motivasinya adalah bentuk perhatian Kemendikbud dan tidak menimbulkan kesean Jakarta centris.
"Perluncurannnya saja 14 Juli. Karena tidak mungkin dipaksakan dilaksanakan serentak pada 14 Juli," kata Nuh.

Menteri asal Surabaya itu juga mengatakan tentang nasib Kurikulum 2013 itu ketika nanti pemerintah Kabinet Indonesia Bersatu II berakhir. Dia mengatakan visi-misi seluruh kandidiat presiden sama-sama menekankan penanaman karakter. Menurut Nuh, kurikulum baru itu juga menekankan penanaman karakter.

"Saya ringkes-ringkes (kemas-kemas) dari kursi Mendikbud Oktober. Insyallah yang duduk di sini nanti tetap melanjutkan Kurikulum 2013 dan program-program lainnya," kata Nuh. Seperti program pendidikan menengah universal (PMU), yang juga menekankan pembentukan karakter bangsa.

Selain itu Nuh mengatakan APBN 2015 yang digunakan pemerintah baru nanti disusun oleh pemerintah saat ini. Untuk urusan pendidikan, dalam APBN 2015 nanti juga masih disisipkan anggaran untuk memperkuat implementasi kurikulum baru. Namun sampai saat ini postur APBN 2015 masih belum disahkan.

Sumber ;  (wan). JPNN