BOGOR – Danau Lido, terletak di Jalan Raya Bogor Sukabumi, tepatnya
berada di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Danau ini konon
menyimpan banyak cerita misteri.
Menurut mitos yang beredar di kalangan masyarakat, danau selaus 1,7 hektare
tersebut dipercaya dijaga oleh seekor naga dan seekor buaya putih yang
sewaktu-waktu menampakan diri di kawasan danau.
“Bentuknya ular naga berukuran besar dan buaya putih. Bahkan, warga yang
sedang mancing juga pernah melihat daun ukurannya sangat besar tiba-tiba muncul
ke permukaan air danau” ujar Maksudi (60) warga yang bermukim tak jauh
dari Danau Lido.
Dede (40) warga setempat lainnya menuturkan, beberapa tahun ke belakang, di
Danau Lido kerap dilangsungkan upacara adat pelalungan kepala kerbau yang
sebelumnya dilakukan upacara ritual yang dipimpin oleh seorang juru kunci.
Namun kini tradisi itu seolah hilang tergeser perkembangan jaman.
“Dulu waktu saya kecil setiap tahun di danau ada upacara adat pelalungan
kepala kerbau. Tapi sudah beberapa tahun ini tidak ada. Bahkan, juru
kunci danaunya pun kini sudah tidak ada”, jelasnya.
Suasana di Danau Lido, Kabupaten Bogor
Dilansir dari berbagai sumber, kawasan wisata Danau Lido dibuat pada zaman
Belanda sekitar tahun 1898, saat Belanda membangun Jalan Raya Bogor – Sukabumi.
Mereka mencari tempat untuk peristirahatan para petinggi pengawas pembangunan
jalan dan pemilik perkebunan.
Danau Lido sendiri adalah danau buatan yang sumber airnya berasal dari
aliran sungai dan mata air alam yang dibendung. Konon, bendungannya terbuat
dari kaca berukuran tebal yang saat ini sudah tertimbun tanah yang berada di
Kampung Tambakan. Danau Lido berada di sebuah lembah Cijeruk dan Cigombong. Jika
dilihat dari atas, Danau Lido seperti mangkuk di kaki Gunung Gede – Pangrango.
Di dekat danau ini juga terdapat air terjun Curug Cikaweni yang mengalirkan air
yang sangat dingin di bahu Gunung Gede Pangrango.
Kawasan ini baru dibuka untuk umum pada tahun 1940, setelah Ratu Wilhelmina
datang dan beristirahat di Lido pada tahun yang sama. Ketika itu, restoran
pertama diresmikan sebagai pelengkap fasilitas kawasan wisata dan juga untuk
menjamu Sang Ratu, yang saat ini bernama Oranje Lido .
Sebelah kiri bawah di pinggir Danau Lido terdapat beberapa bangunan Villa
atau Cottage yang menyimpan kisah cinta romantis. Cottage tersebut didirikan
oleh seorang Belanda bernama Antonius Johanes Ludoficus Maria Zwijsen, seorang
Polisi yang ditugaskan oleh Pemerintah Hindia Belanda di Batavia.
Setelah bebas tugas sebagai polisi, Zwijsen bekerja di Hotel Nederlande di
kawasan Gondangdia, Batavia. Saat usahanya berkembang, Zwijsen membeli sebuah
hotel di daerah Harmoni dan mengembangkan usahanya dengan mendirikan penginapan
di pinggir Danau Lido.
Danau Lido, Kabupaten Bogor.
Pada 1935, Zwijsen bertemu seorang putri perwira polisi dari bangsanya yang
bertugas di Sukabumi, Catharina anna beemster. Mereka menikah pada 1937.
Dikisahkan, Cottage ini didedikasikan untuk Anna istri tercintanya. Foto
– foto keluarga pasangan Zwijsen – Anna tergantung di dinding ruang tunggu
Hotel Lido saat ini.
Zwijsen dan Anna kerap menghabiskan waktu mereka di penginapan ini. Mereka
acap mengundang sanak saudara, kenalan, dan berpesta di pinggir Danau
Lido. Perang dunia membuat mereka harus melepaskan Lido. Pasukan Jepang
masuk dan merusak Hotel Lido sebelum kemudian direbut oleh pejuang Indonesia.
Akhirnya pada 1953 Anna dan anak-anaknya pulang ke Negeri Belanda. Dua
tahun kemudian, Zwijsen menyusul.
Selain Ratu Kerajaan Belanda Wilhelmina yang pernah menginap di Cottage
Danau Lido pada tahun 1940, Presiden Soekarno juga kerap beristirahat di
kawasan ini. Presiden Soekarno konon menulis salah satu bukunya yang terkenal
“Sarinah” yang berisi tentang sosok perempuan Indonesia yang diidamkannya
itu di kawasan wisata Danau Lido. (Raden)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar